Cari Blog Ini

Posting blogger lewat email

username.secretword@blogger.com

Selasa, 05 Februari 2013

Air Bakal Jadi Komoditas Unggulan

Plasadana.com - Di masa mendatang, komoditas paling berharga bukan lagi emas atau logam mulia lain. Penduduk dunia lebih membutuhkan air, minyak dan sumber makanan ketimbang perhiasan atau komoditas pemindah kekayaan lain. Sayang, banyak yang meramalkan air dan komoditas pokok lain bakal semakin langka seiring pertumbuhan penduduk dan merosotnya kualitas lingkungan.
Demikian, temuan dari hasil riset lembaga peneliti lingkungan, Ecosystem Marketplace. Lembaga tersebut menyatakan biaya riset dan perlindungan atas sumber daya air semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Hal ini menjadi indiktor semakin mahalnya harga air di masa mendatang. "Hal ini menunjukkan respon penduduk dunia atas ancaman kelangkaan air sekaligus meningkatkan cara pandang kita terhadap air sebagai sebuah komoditas," kata President Forest Trends, Michael Jenkins, seperti dikutip dari Business Insider.
Pada 2011, di seluruh dunia terdapat 205 proyek terkait sumber daya air senilai lebih dari US$ 8 miliar. Angka ini naik signifikan dibandingkan 2008 dengan 103 proyek senilai US$ 2 miliar. Proyek-proyek tersebut diantaranya pembangunan pemurnian air, pelacakan sumber air terbaru serta pelestarian hutan dan tanah sebagai "bank air" di masa mendatang.
Lebih dari 30 persen proyek pengadaan air dilakukan oleh China. Negeri tirai bambu tersebut mengambil proporsi 91 persen dari total dana yang disalurkan sepanjang 2011. Pemerintah China mengalokasikan dana khusus "eco-compensation" untuk pengadaan air dalam rencana anggaran lima tahunan.
Lantaran semakin berharga, bukan tak mungkin bakal ada skema perdagangan khusus untuk air seperti komoditas lainnya. Para analis telah memulai eksperimen perdagangan dengan mengukur skema biaya pengadaan air sebagai "harga" dari komoditas tersebut.
Selain itu mereka mengadopsi skema yang diberlakukan dalam perdagangan karbon, dimana negara-negara maju memberi kompensasi uang terhadap negara lain yang memiliki hutan yang luas. Hanya saja yang dilakukan bukan kompensasi, melainkan investasi silang dari negara konsumen untuk produsen air.

Tidak ada komentar: