Kurikulum 2013 tingkat SD
- IPA dan IPS digabung
- Bahasa Inggris dihapus
- Tipus : Tidak Punya Selera
- Mual : Mutu Amat Lemah
- Kudis : Kurang Disiplin
- Asma : Asal Masuk Kelas
- Kusta : Kurang Strategi
- TBC : Tidak Banyak cara
- Kram : Kurang Terampil Mengajar
- Asam Urat : Asal Susun Materi
- Lesu : Lemah sumber Belajar
- WTS : Wawasan Tidak Luas
- MMS : Membosankan Murid Saja
- LABAM = lemah alat bantu mengajar
- Pengantar Mengajar Tidak Menarik
- Tidak Evaluasi
- Text-Booker. Tergantung pada buku
- Hafalan
- Pemakaian Teknologi yang salah penerapan
- Guru tidak menggunakan RPP sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran. RPP adalah skenario pembelajaran yang dibuat oleh guru sebelum pelaksanaan pembelajaran dimulai. Dalam dokumen tersebut tidak hanya berisi kompetensi apa yang akan dicapai tetapi juga memuat secara rinci berapa lama waktu tatap muka dilakukan. Bahkan dirinci pula berapa menit kegiatan awal untuk melaksanakan kegiatan rutin, apersepsi dan penjajagan untuk mengenal bekal awal siswa. Waktu yang digunakan untuk kegiatan inti, dan rincian waktu untuk kegiatan akhir. Dalam RPP juga tercantum secara jelas alat bantu mengajar apa yang diperlukan dan sumber belajar apa yang digunakan. Demikian pula di dalam RPP juga telah dicantumkan rencana kegiatan penilaian yang merupakan upaya untuk mendapatkan umpan balik keberhasilan guru dalam mengajar.Kenyataannya RPP tidak difungsikan, bahkan ada guru yang mengajar tanpa bertpedoman pada RPP. Hal ini menyebabkan kegiatan pembelajaran tidak terarah.
- Guru tidak mempersiapkan alat bantu mengajar. Alat bantu mengajar sangat diperlukan untuk membantu guru dalam menjelaskan materi pelajaran, sehingga siswa mengetahui secara nyata melalui benda-benda yang nyata. Dengan alat bantu ini pengetahuan tidak hanya berupa verbal, dan bisa mengatasi kesenjangan komunikasi guru dengan siswa. Kenyataannya guru tidak membawa alat bantu mengajar sehingga yang dilakukan hanyalah ceramah-dan ceramah saja.
- Guru kurang memperhatikan kemampuan awal siswa. Pengetahuan tentang kemampuan awal siswa diperlukan oleh guru untuk menetapkan strategi mengajar, bahkan untuk mengajukan pertanyaanpun diperlukan pemahaman tentang kemampuan awal siswa. Dengan memahami kemampuan awal siswa ini guru dapat membantu siswa memperlancar proses pe,mbelajaran yang dilkukan dan memperkecil peluang kesulitan yang dihadapi siswa. Adakalanya satu materi tertentu memerlukan prasarat pengetahuan sebelumnya. Jika pengetahuan prasyarat ini belum dikuasi dan guru sudah melanjutkan pada materi berikutnya bisa dipastikan bahwa siswa akan kesultan mengikuti pelajaran. Hal ini bisa dideteksi melalui perilaku siswa. Siswa yang tidak dapat mengikuti materi yangs edang dibahas oleh guru cenderung berperilaku "menyimpang" seperti: melamun, menulis atau menggambar yang tidak ada hubungannya dengan materi pelajaran, berbicara sendiri atau kegiatan-kegiatan lain yang tidak terkait dengan isi pembelajaran.
- Penggunaan papan tulis yang kurang tepat. Pada umumnya guru langsung memulai pelajaran tanpa menuliskan Pokok persoalan yang akan dibahas dan tujuan pembelajarannya. Penulisan pokok bahasan dan tujuan pembelajaran ini bergna sebagai kontrol bagi guru dan siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar agar tidak keluar dari jalur. Kecenderungan lainnya adalah penggunaan papan tulis yang kacau. Siswa tidak tahu apa sebenarnya yang dibahas, dan untuk apa hal itu dibahas. Guru terlalu sibuk menulis dan membuat ilustrasi di papan tulis yang kadang-kadang sulit ditangkap siswa dan tidak disimpulkan. Guru sibuk menulis di papan tulis, di saat yang sama murid sibuk ngobrol dan sibuk bercanda
- Tidak melaksanakan evaluasi. Dengan alasan kekurangan waktu seringkali guru tidak melaksanakan evaluasi terhadap apa yang telah dilakukan. Evaluasi ini bertguna bagi guru untuk mengetahui seberapa besar keefektifan pembelajaran yang dilakukannya. Dengan melakukan evaluasi pada setiap akhir kegiatan /bahasan akan bisa mendeteksi siswa mana yang masih kesulitas dan pada bagian apa siswa merasa sulit. Hal ini akan sangat berguna bagi guru dalam membantu siswa
Mantan Wakil Menteri Pendidikan Nasional (Wamendiknas) Fasli Jalal menilai bahwa ada lima kelemahan guru dalam mengajar matematika. Untuk mengatasi kelemahan ini, sangat dibutuhkan metode mind map (peta pikiran).
Kelemahan pertama, 11 persen dari jam mengajar terbuang untuk hal yang sia-sia. Kedua, hanya 3 persen guru yang membuat soal dengan model yang agak rumit. “Sisanya guru hanya memberikan soal-soal yang sederhana, karena kasihan dengan siswa,” kata Fasli Jalal saat menjadi pembicara dalam seminar nasional matematika dan pendidikan matematika dengan tema memperhatikan cara mengajar guru matematika di kelas, Rabu (31/10) di Padang.
Ketiga, kurangnya persentase pembelajaran dengan menerapkan satu soal dengan jawaban lebih dari satu. Keempat, minimnya rata-rata persentase soal per jam yang diaplikasikan yaitu hanya 16 jam. Sementara negara lain seperti Jepang sudah menerapkan selama 74 jam.
Kelima, kesempatan untuk bicara. Dalam pengamatan yang dilakukan selama 1 jam sewaktu mengajar, ditemukan hanya separuh dari 6.000 kata yang dilontarkan oleh guru. Hal ini, menyebabkan tidak sampai seperempat dari isi kelas yang aktif berbicara atau bertanya.
Padahal menurut Fasli, semakin banyak guru melontarkan kata-kata, maka siswa akan semakin kreatif. “Jadi wajar saja, UNESCO mengatakan kelas di Indonesia, kelas sunyi,” ucap Ketua Umum DPP Ikatan Keluarga Alumni Universitas Andalas (IKA Unand) itu.
Untuk mengatasi kelemahan ini, menurut Fasli sangat dibutuhkan metode mind map. “Sehingga guru semakin canggih dalam membuat rencana, yang kemudian dituangkan kepada siswa. Intinya kompetensi guru dan siswa pun meningkat,” jelasnya.
Akibat kelemahan itu, prestasi siswa Indonesia dalam pelajaran matematika berada pada level rendah berdasarkan penilaian yang ditentukan Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) 2003 yaitu dengan rata-rata 411. Sementara jam mengajar matematika di Indonesia cukup banyak dibanding Singapura, yaitu 169 jam. Sementara Singapura berada pada level tingkat lanjut dengan rata-rata 605 dan jumlah jam mengajar 112 jam.
Selain itu, tingkat kecerdasan siswa Indonesia pun berada pada tingkat terendah yaitu pada level 1 atau 2. Peringkat ini merupakan peringkat terendah dalam 6 tingkat kecerdasan berpikir yang menjadi acuan negara di dunia. Pada peringkat ini siswa hanya mempunyai kemampuan menghafal namun daya kreativitas sangat rendah.
Kreativitas Siswa
Metode mind map (peta pikiran) merupakan salah satu metode yang bisa digunakan untuk menerapkan sistem Student Center Learning (SCL). Melalui metode ini, baik guru maupun kepala sekolah (kepsek) diminta membuat kerangka apa-apa saja yang harus dikerjakan, yang sifatnya lebih terstruktur. Baik itu materi apa saja yang berhubungan dengan materi induk, atau apa saja langkah-langkah yang dilakukan Kepsek dalam mencapai target utamanya.
“Jadi, metode ini bisa digunakan oleh guru maupun kepsek,” kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Padang Indang Dewata.
Menurutnya, selama ini metode mengajar guru adalah Teacher Center Learning (TCL). Melalui metode ini, kreativitas anak tidak berkembang. Karena, sifatnya yang hanya menerima apa saja yang diajarkan oleh guru, tanpa menuntut pengembangan lebih lanjut dari siswa.
Selain itu, siswa hanya memilki kemampuan kognitif (pengetahuan) dan tidak mampu menerapkan ilmu yang didapat dalam kehidupan sehari-hari. Padahal penilaian dalam pendidikan itu meliputi unsur kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan pskimotorik (tindakan).
KELEMAHAN PENGAJARAN SUBJEK BERDASARKAN PENGALAMAN/REFLEKSI Secara individu Murid
Guru kadangkala terlalu bergantung sepenuhnya kepada buku teks.
Guru hanya mengadakan proses P&P di dalam kelas sahaja. Pelajar
tidak dibawa untuk membuat aktiviti diluar kelas. Sebagai contohnya
adalah lawatan sambil belajar.
Guru tidak menyuruh pelajar membuat tugasan berkumpulan agar proses lebih menarik.
Guru hanya menyuruh pelajar menyalin kembali kesimpulan daripada eksperimen yang telah dibuat.Guru selalu bertanya kepada pelajar samada pelajar faham atau tidak
topik yang diajar tetapi tidak memberi soalan susulan untuk menguji
sejauhmanakah kefahaman pelajar.Guru terlalu bergantung kepada buku teks sekolah berbanding buku-buku tambahan yang lain.
Guru mengambil jalan mudah dengan hanya menggunakan buku teks sahaja
tanpa alat bantu mengajar sebagai sumber pengajaran dan pembelajaran.
Pelajar diarah menjawab latihan dan yang terdapat di dalam buku teks
sahaja. Murid dicecoki oleh terlalu banyak latihan soal.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar