Sektor saham komoditas dan manufaktur menjadi sektor saham yang akan diuntungkan dari penguatan dolar itu. Lalu bagaimana proyeksi sektor sahamnya. Mari simak ulasannya.
Kepala Riset PT Bahana Securities, Harry Su menuturkan, sektor saham perkebunan, batu bara dan logam akan diuntungkan dengan penguatan dolar.
Namun, Harry melihat, secara fundamental masih belum baik kinerja sektor saham perkebunan, batu bara. Hal itu karena harga minyak masih tertekan. Harga minyak berada di level US$ 92.
"Secara short term untuk trading, sektor saham itu masih oke," tutur Harry, saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (29/11/2013).
Kepala Riset PT Universal Broker Securities, Satrio Utomo mengatakan, sektor perkebunan dan batu bara memang paling diuntungkan dengan penguatan dolar.
Kemungkinan kinerja emiten sektor batu bara dan perkebunan akan positif dengan penguatan dolar pada kuartal keempat 2013. Akan tetapi kebijakan China untuk membatasi impor batu bara akan memberikan sentimen negatif.
"Sektor komoditas ini tergantung pertumbuhan ekonomi China. CPO dan batu bara sebenarnya bagus, tetapi China akan kurangi impor batu bara," kata Satrio.
Selain itu, Satrio menyayangkan rencana pemerintah memberikan pajak ekspor batu bara. Satrio pun merekomendasikan buy on weakness saham sektor komoditas.
Nilai tukar rupiah semakin melemah. Bahkan berdasarkan kurs tengah BI, nilai tukar rupiah berada di level Rp 11.930 terhadap dolar Amerika Serikat pada Kamis (28/11/2013). Sedangkan nilai tukar rupiah berada di kisaran Rp 11.813 pada Rabu pekan ini.
Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) yang terjadi belakang ini, dirasa cukup mempengaruhi beberapa sektor saham di pasar modal Indonesia. Saham di sektor berbasis ekspor menjadi yang sangat diuntungkan akibat pelemahan nilai tukar rupiah ini.
Chief Economist Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih mengungkapkan, keuntungan saham di sektor berbasis ekspor atas pelemahan rupiah dikarenakan nilai pendapatan dalam dollar dengan biaya dalam rupiah. "Terutama sektor komoditas, seperti CPO maupun pertambangan," kata Lana ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Sabtu (19/1).
Sementara, dikatakan Lana, saham yang berbasis domestik paling dirugikan atas pelemahan rupiah ini. Terutama karena bahan baku yang digunakan perusahaan-perusahaan sektor itu berasal dari impor. Artinya, tutur Lana, perusahaan harus mengeluarkan uang dalam bentuk dollar untuk pembelian bahan baku.
"Itu yang akan membebani mereka (perusahaan/saham sektor berbasis domestik)," ungkap Lana.
Lana juga menyinggung saham di sektor manufaktur. Di sektor ini, Lana belum dapat menjelaskan apakah pelemahan rupiah menguntungkan atau merugikan. Pasalanya, sektor manufaktur selain melakukan ekspor, disaat bersamaan juga melakukan impor.
Equity Analyst Samuel Sekuritas, Adrianus Bias menambahkan, saham-saham di sektor semen dan otomotif yang paling merugi atas pelemahan rupiah ini. Bias mencontohkan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) dan PT Astra Internasional Tbk (ASII).
"INTP kan punya kebutuhan pembelian gas dan batubara, sementara ASII bahan baku masih banyak impor," jelas Bias.
http://investasi.kontan.co.id/news/rupiah-loyo-saham-apa-yang-diuntungkanChief Economist Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih mengungkapkan, keuntungan saham di sektor berbasis ekspor atas pelemahan rupiah dikarenakan nilai pendapatan dalam dollar dengan biaya dalam rupiah. "Terutama sektor komoditas, seperti CPO maupun pertambangan," kata Lana ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Sabtu (19/1).
Sementara, dikatakan Lana, saham yang berbasis domestik paling dirugikan atas pelemahan rupiah ini. Terutama karena bahan baku yang digunakan perusahaan-perusahaan sektor itu berasal dari impor. Artinya, tutur Lana, perusahaan harus mengeluarkan uang dalam bentuk dollar untuk pembelian bahan baku.
"Itu yang akan membebani mereka (perusahaan/saham sektor berbasis domestik)," ungkap Lana.
Lana juga menyinggung saham di sektor manufaktur. Di sektor ini, Lana belum dapat menjelaskan apakah pelemahan rupiah menguntungkan atau merugikan. Pasalanya, sektor manufaktur selain melakukan ekspor, disaat bersamaan juga melakukan impor.
Equity Analyst Samuel Sekuritas, Adrianus Bias menambahkan, saham-saham di sektor semen dan otomotif yang paling merugi atas pelemahan rupiah ini. Bias mencontohkan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) dan PT Astra Internasional Tbk (ASII).
"INTP kan punya kebutuhan pembelian gas dan batubara, sementara ASII bahan baku masih banyak impor," jelas Bias.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar