Meskipun di atas kertas kubu jokowi-amin menang pilpres yang ditunjukkan oleh perolehan suara yang lebih banyak daripada pesaing nya. Namun perolehan suara jokowi pada periode kedua masa pemerintahannya terbilang payah.
Dengan kekuatan sumber daya yang dimiliki jokowi yaitu posisi incumbent serta dukungan berbagai pihak yang tergolong powerful, namun tidak mampu mendongkrak dukungan rakyat secara penuh. Terbukti perolehan suara pilpres 2019 jokowi hanya meraup sekitar 55,5 persen.
Meskipun jokowi menang pilpres 2019, tapi kinerja Erick Tohir dalam kampanye jokowi-amin temasuk mengecewakan.
Meski berada di angin, jokowi juga dapat perolehan suara 55,5 persen. Beda tipis dengan pesaingnya Prabowo yang minim strategi politik pilpres.
Selain itu juga, kinerja kampanye erick thohir jauh di bawah target jokowi yang mencanangkan kemenangan pilpres 2019 sebesar 70 persen.
Bila disandingkan dengan perolehan suara presiden SBY yang menang 60,8 persen, maka prestasi kampanye jokowi-amin tergolong di bawah standar. Karena jokowi hanya bersaing dengan satu pesaing untuk meraup dukungan politik menuju kursi presiden.
Ditinjau dari segi persaingan, kampanye pilpres 2019 tergolong enteng. Hanya dua kontestan yang bertarung dalam perebutan suara rakyat. Sangat jauh berbeda daripada persaingan pilpres 2009. Saat itu ada tiga calon presiden yaitu Susilo Bambang Yudoyono, Megawati dan Jusuf Kalla.
Dengan demikian Prabowo secara tidak langsung berhasil mempermalukan kubu jokowi-amin yang terlanjur gembar-gembor menang 70 persen. Dengan strategi kampanye senyap, kubu prabowo gencar melakukan propaganda untuk memperlemah dukungan kepada jokowi. Walaupun akhirnya kalah akumulatif, namun setidaknya taktik kampanye prabowo mampu menggerogoti potensi suara jokowi-amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar