Cari Blog Ini

Posting blogger lewat email

username.secretword@blogger.com

Kamis, 05 November 2009

LANGKAH MUDAH MENULIS SKENARIO UNTUK SINETRON & FILM

LANGKAH MUDAH MENULIS SKENARIO
UNTUK SINETRON & FILM



METENTUKAN CERITA
*) Sasaran Cerita: Anak-anak, Remaja, Dewasa, dan Umum.
*) Jenis Cerita: Drama (Tragedi, Komedi, Misteri, Laga, Melodrama, Sejarah, dll), Dokumenter (Adat Istiadat, Tempat Bersejarah, Biografi, dll), Propaganda (Layanan Masyarakat & Layanan Niaga).
*) Tema Cerita: Percintaan, Rumah Tangga, Perselingkuhan, Persahabatan, Petualangan, Kepahlawanan/Heroik, Balas Dendam, Keagamaan/Religi, dll.
*) Intisari Cerita/Premise: Sebuah kalimat semacam kata mutiara yang berisi tentang isi cerita tersebut.
*) Ide Cerita: Bisa dari Penulis, Novel, Roman, Cerber, Cerpen, Film, Produser.
*) Alur Cerita/Plot: Plot Lurus (film dan FTV), Plot Bercabang (serial dan stripping).
*) Grafik Cerita: Grafik ala Aristoteles, Fraytag’s Pyramide, Misbach Yusa Biran, Hudson, dan Elizabeth Lutters (1= film dan ftv, 2= serial dan stripping).
*) Setting Cerita: Bisa diartikan sebagai Media/Tempat dan Budaya.


MELAKUKAN OBSERVASI
Observasi adalah pengamatan terhadap sebuah kasus untuk kebutuhan penulisan skenario. Pengamatan yang dimaksud di sini bukan sebatas mengamati atau melihat secara fisik dari dekat ataupun jauh, namun yang lebih penting kita harus dapat menyelami dan ikut merasakan apa yang dirasakan oleh tokoh tersebut.


MELAKUKAN RISET
Riset hampir sama dengan observasi, namun lebih diartikan penelitian yang sifatnya mencari data kebenaran tentang sesuatu hal. Riset ini biasanya dibutuhkan jika kita mendapatkan pesanan tulisan tentang hal-hal yang bertemakan sejarah atau memerlukan penyelidikan ilmiah.


MENULIS SINOPSIS
Setelah seluruh hal tentang cerita, observasi, dan riset dipahami, langkah selanjutnya adalah membuat sinopsis. Ini adalah praktik pertama kita menulis, sebelum sampai pada tahap membuat skenario. Sinopsis adalah ringkasan cerita. Namun dalam sebuah cerita film atau sinetron, sinopsis bukan sekedar ringkasan cerita, melainkan sebuah ikhtisar yang memuat semua data dan informasi dalam skenario.


MENULIS KERANGKA TOKOH
Setelah selesai membuat sinopsis, praktik berikutnya adalah membuat kerangka tokoh dalam bentuk skema, yang menjelaskanhubungan antar tokoh yang ada dalam skenario. Tokoh-tokoh yang ditampilkan sebaiknya dibatasi pada tokoh sentral/utama dan pembantu utama saja.


MENULIS PROFIL TOKOH
Berdasarkan kerangka tokoh yang telah dibuat, kita akan membuat Profil Tokoh satu persatu dari tokoh yang akan ditampilkan. Profil Tokoh ini sering disebut dengan karakter tokoh, namun istilah karakter tokoh sengaja tidak saya pakai karena penjabaran saya tidak sebatas pada karakter tapi juga fisik dan latar belakang tokoh, yaitu:
*) Nama Tokoh
*) Tipologi Tokoh (Tipe Fisik= Piknis, Leptosom, Atletis, Displastis dan Tipe Psikis= Sanguinis, melankolis, Koleris, Flegmatis.)
*) Status Tokoh (Sudah menikah atau belum)
*) Agama Tokoh (Bila untuk cerita religi)
*) Profesi dan Jabatan Tokoh
*) Ciri Khusus Tokoh (Ciri Fisik & Ciri Kelakuan)
*) Latar Belakang Tokoh (Keluarga, Budaya, Ekonomi, Sosial, Pendidikan)
*) Peran Tokoh (Protagonis, Antagonis, Tritagonis, Peran Pembantu)


MENULIS TREATMENT atau SCENE PLOT
Langkah selanjutnya adalah membuat Treatment/Scene Plot. Treatment adalah pengembangan jalan cerita dari sebuah sinopsis yang di dalamnya berisi plot secara detail namun cukup padat. Treatment bisa diartikan sebagai kerangka skenario yang tugasnya adalah membuat sketsa dari penataan konstruksi dramatik. Dalam bentuk sketsa ini kita akan mudah memindah-mindahkan letak urutan peristiwa agar benar-benar tepat.


MEMAHAMI SKENARIO
Setelah selesai membuat treatment/scene plot, langkah praktik selanjutnya adalah mulai memahami apa itu skenario. Skenario adalah naskah cerita yang sudah lengkap dengan deskripsi dan dialog, telah matang, dan siap digarap dalam bentuk visual. Skenario disebut juga screenplay, sering diibaratkan banyak hal oleh beberapa penulis skenario. Saya sendiri lebih merasa pas jika menganggap skenario adalah roh/jiwa dari sebuah tayangan sinetron atau film. Sementara teori lain mengibaratkan skenario seperti cetak biru (blue print) bagi insinyur, atau kerangka tubuh bagi manusia. Semua pengibaratan itu sebenarnya memiliki arti yang kira-kira sama yaitu bahwa skenario adalah sesuatu yang membuat hidup sebuah tontonan sinetron atau film. Seperti halnya tubuh tanpa jiwa, atau tubuh tanpa kerangka, film/sinetron tanpa skenario tak akan ada.


MEMFORMAT SKENARIO
Format Skenario atau teknik penyusunan skenario, bisa berbeda-beda tergantung gaya dan selera penulis skenario. Meski dari isi tidak banyak yang berbeda, format skenario memuat hal-hal sebagai berikut:
*) Judul Scene.
*) Nama Pemeran.
*) Deskripsi Visual.
*) Tokoh Dialog.
*) Beat/Irama/Tempo.
*) Dialog (Siapa yg berdialog? Dengan siapa dia berdialog? Apa latar belakangnya? Di mana berdialognya? Suasanan hatinya bagaimana? Apa tujuan dialog tersebut? Dsb.)
*) Transisi.


HARUS ADA UNSUR DRAMATIK
Dalam skenario harus juga termuat Unsur Dramatik. Unsur Dramatik dalam istilah lain disebut Dramaturgi, yakin unsur-unsur yang dibutuhkan untuk melahirkan gerak dramatik pada cerita atau pada pikiran penontonnya.
*) Konflik: Permasalahan yang kita ciptakan untuk menghasilkan pertentangan dalam sebuah keadaan sehingga menimbulkan dramatik yang menarik. Konflik biasanya timbul jika seorang tokoh tidak berhasil mencapai apa yang diinginkannya.
*) Suspense: Ketegangan. Ketegangan yang dimaksud di sini tidak berkaitan dengan hal yang menakutkan, melainkan menanti sesuatu yang bakal terjadi, atau harap-harap cemas (H2C). Penonton digiring agar merasa berdebar-debar menanti risiko yang bakal dihadapi oleh tokoh dalam menghadapi problemnya.
*) Curiosity: rasa ingin tahu atau penasaran penonton terhadap sebuah adegan yang kita ciptakan. Hal ini bisa ditimbulkan dengan cara menampilkan sesuatu yang aneh sehingga memancing keingintahuan penonton. Atau bisa juga dengan cara mengulur informasi sehingga membuat penonton merasa penasaran.
*) Surprise: Kejutan. Dalam penjabaran sebuah cerita, perasaan surprise pada penonton timbul karena jawaban yang mereka saksikan adalah diluar dugaan. Untuk bisa menimbulkan efek surprise pada penonton, kita harus membuat cerita yang tidak mudah ditebak oleh penonton.


BAHASA DALAM SKENARIO
Sebaiknya bahasa yang digunakan pada dialog dalam skenario bukanlah bahasa buku, melainkan bahasa lisan yang biasa digunakan sehari-hari, kecuali pada deskripsi visual. Pada deskripsi visual kita bisa menggunakan bahasa buku mengingat kegunaannya yang memang untuk dibaca dan divisualkan, bukan sebuah kalimat yang harus diucapkan tokoh dalam tayangan sinetron atau film.


MENULIS SKENARIO
Setelah Anda mencermati dan memahami segala aspek yang sudah ditulis dalam teori ini, niscaya menulis skenario menjadi pekerjaan yang paling mudah, seakan tinggal merangkai kalimat. Maka saat hendak menulis skenario, lepaskan pikiran kita dari hal-hal yang berada di luar cerita yang akan kita tulis. Masuklah dan sedapat mungkin menjadikan diri kita berada pada posisi tokoh-tokoh kita. Sehingga saat akan menulis dialog, segalanya akan muncul dengan sendirinya mewakili karakter tokoh-tokoh yang akan kita munculkan. Jika kita telah siap memosisikan diri sebagai tokoh-tokoh tersebut, kita tak perlu ragu lagi untuk duduk dan mulai menulis skenario kita.

HAL PENTING DALAM MENULIS SKENARIO:
*) Jangan sampai lupa unsur-unsur dramatik.
*) Dialog jangan verbal.
*) Plot jangan melebar ke hal-hal yang tidak perlu.
*) Hubungan antar tokoh harus jelas.
*) Grafik cerita yang dibangun jangan sampai kendur.
*) Dalam deskripsi jika hendak menjelaskan tentang beberapa tokoh berbeda, pakailah baris tersendiri pada setiap tokohnya.
*) Buatlah konflik dalam setiap scene-nya.
*) Pahamilah tanda baca yang benar, terutama pada kolom dialog.
*) Jagalah continuity karakter tokoh.
*) Perhitungkan saat commercial break (iklan). Berikan suspense pada scene sebelum commercial break, hal ini penting untuk emngikat penonton.
*) Perhatikan juga unsur parallel cutting, yaitu adegan kesinambungan, atau dua unsur peristiwa yang ditampilkan dalam waktu bersamaan atau terkesan bersamaan.
*) Hal lain yang perlu kita ingat adalah factor symbol. Hal ini ditampilkan agar gambar tidak vulgar di layar.
*) Jangan emmbuat adegan dalam scene yang isinya hampir sama.
*) Yang tak kalah pentingnya adalah daya imajinasi harus kita kerahkan semaksimal mungkin sehingga dalam cerita kita timbul fantasi dan sensasi cerita yang berbeda.



Nah, semua hal tentang pembuatan skenario ini hanyalah masalah teori. Secara praktiknya, bisa saja kita sedikit bergeser karena dalam membuat skenario kita memang tidak bisa lugas. Jika feeling kita merasakan ada dramatik yang lebih menarik, teori bisa saja dikesampingkan. Sebab skenario tak ubahnya sebuah karya seni. Seni bukanlah matematika, jadi bisa saja 1+1=3. Dan bukan tidak mungkin terjadi perkembangan-perkembangan lain dalam teori penulisan skenario, seiring dengan perkembangan zaman.


Jika kita berbicara untuk Indonesia, semua itu tak lepas dari infrastruktur dan SDM yang dimiliki oleh sineas Indonesia, teori ini saya sesuaikan dengan kebutuhan di Indonesia, tak adil jika kita hendak mengacu pada teori penulisan skenario ala Hollywood.


Akhir kata, semoga ini bermanfaat bagi yang ingin belajar menjadi penulis scenario, dan bagi yang ingin mendalami lebih jauh bisa mengikuti Kursus Menulis Skenario secara serius di dalam kelas, sehingga hasil tulisan Anda tidak terhenti sampai di meja, tapi akan dikoreksi dan jika memenuhi persyaratan juga akan dibantu diajukan ke PH. Hal tentang KURSUS MENULIS SKENARIO bisa dibaca di kolom BERITA TERBARU di grup ini.


Sekian, Terima kasih.




With Love,

ELIZABETH LUTTERS
Karawaci, 12 mei 2009LANGKAH MUDAH MENULIS SKENARIO
UNTUK SINETRON & FILM



METENTUKAN CERITA
*) Sasaran Cerita: Anak-anak, Remaja, Dewasa, dan Umum.
*) Jenis Cerita: Drama (Tragedi, Komedi, Misteri, Laga, Melodrama, Sejarah, dll), Dokumenter (Adat Istiadat, Tempat Bersejarah, Biografi, dll), Propaganda (Layanan Masyarakat & Layanan Niaga).
*) Tema Cerita: Percintaan, Rumah Tangga, Perselingkuhan, Persahabatan, Petualangan, Kepahlawanan/Heroik, Balas Dendam, Keagamaan/Religi, dll.
*) Intisari Cerita/Premise: Sebuah kalimat semacam kata mutiara yang berisi tentang isi cerita tersebut.
*) Ide Cerita: Bisa dari Penulis, Novel, Roman, Cerber, Cerpen, Film, Produser.
*) Alur Cerita/Plot: Plot Lurus (film dan FTV), Plot Bercabang (serial dan stripping).
*) Grafik Cerita: Grafik ala Aristoteles, Fraytag’s Pyramide, Misbach Yusa Biran, Hudson, dan Elizabeth Lutters (1= film dan ftv, 2= serial dan stripping).
*) Setting Cerita: Bisa diartikan sebagai Media/Tempat dan Budaya.


MELAKUKAN OBSERVASI
Observasi adalah pengamatan terhadap sebuah kasus untuk kebutuhan penulisan skenario. Pengamatan yang dimaksud di sini bukan sebatas mengamati atau melihat secara fisik dari dekat ataupun jauh, namun yang lebih penting kita harus dapat menyelami dan ikut merasakan apa yang dirasakan oleh tokoh tersebut.


MELAKUKAN RISET
Riset hampir sama dengan observasi, namun lebih diartikan penelitian yang sifatnya mencari data kebenaran tentang sesuatu hal. Riset ini biasanya dibutuhkan jika kita mendapatkan pesanan tulisan tentang hal-hal yang bertemakan sejarah atau memerlukan penyelidikan ilmiah.


MENULIS SINOPSIS
Setelah seluruh hal tentang cerita, observasi, dan riset dipahami, langkah selanjutnya adalah membuat sinopsis. Ini adalah praktik pertama kita menulis, sebelum sampai pada tahap membuat skenario. Sinopsis adalah ringkasan cerita. Namun dalam sebuah cerita film atau sinetron, sinopsis bukan sekedar ringkasan cerita, melainkan sebuah ikhtisar yang memuat semua data dan informasi dalam skenario.


MENULIS KERANGKA TOKOH
Setelah selesai membuat sinopsis, praktik berikutnya adalah membuat kerangka tokoh dalam bentuk skema, yang menjelaskanhubungan antar tokoh yang ada dalam skenario. Tokoh-tokoh yang ditampilkan sebaiknya dibatasi pada tokoh sentral/utama dan pembantu utama saja.


MENULIS PROFIL TOKOH
Berdasarkan kerangka tokoh yang telah dibuat, kita akan membuat Profil Tokoh satu persatu dari tokoh yang akan ditampilkan. Profil Tokoh ini sering disebut dengan karakter tokoh, namun istilah karakter tokoh sengaja tidak saya pakai karena penjabaran saya tidak sebatas pada karakter tapi juga fisik dan latar belakang tokoh, yaitu:
*) Nama Tokoh
*) Tipologi Tokoh (Tipe Fisik= Piknis, Leptosom, Atletis, Displastis dan Tipe Psikis= Sanguinis, melankolis, Koleris, Flegmatis.)
*) Status Tokoh (Sudah menikah atau belum)
*) Agama Tokoh (Bila untuk cerita religi)
*) Profesi dan Jabatan Tokoh
*) Ciri Khusus Tokoh (Ciri Fisik & Ciri Kelakuan)
*) Latar Belakang Tokoh (Keluarga, Budaya, Ekonomi, Sosial, Pendidikan)
*) Peran Tokoh (Protagonis, Antagonis, Tritagonis, Peran Pembantu)


MENULIS TREATMENT atau SCENE PLOT
Langkah selanjutnya adalah membuat Treatment/Scene Plot. Treatment adalah pengembangan jalan cerita dari sebuah sinopsis yang di dalamnya berisi plot secara detail namun cukup padat. Treatment bisa diartikan sebagai kerangka skenario yang tugasnya adalah membuat sketsa dari penataan konstruksi dramatik. Dalam bentuk sketsa ini kita akan mudah memindah-mindahkan letak urutan peristiwa agar benar-benar tepat.


MEMAHAMI SKENARIO
Setelah selesai membuat treatment/scene plot, langkah praktik selanjutnya adalah mulai memahami apa itu skenario. Skenario adalah naskah cerita yang sudah lengkap dengan deskripsi dan dialog, telah matang, dan siap digarap dalam bentuk visual. Skenario disebut juga screenplay, sering diibaratkan banyak hal oleh beberapa penulis skenario. Saya sendiri lebih merasa pas jika menganggap skenario adalah roh/jiwa dari sebuah tayangan sinetron atau film. Sementara teori lain mengibaratkan skenario seperti cetak biru (blue print) bagi insinyur, atau kerangka tubuh bagi manusia. Semua pengibaratan itu sebenarnya memiliki arti yang kira-kira sama yaitu bahwa skenario adalah sesuatu yang membuat hidup sebuah tontonan sinetron atau film. Seperti halnya tubuh tanpa jiwa, atau tubuh tanpa kerangka, film/sinetron tanpa skenario tak akan ada.


MEMFORMAT SKENARIO
Format Skenario atau teknik penyusunan skenario, bisa berbeda-beda tergantung gaya dan selera penulis skenario. Meski dari isi tidak banyak yang berbeda, format skenario memuat hal-hal sebagai berikut:
*) Judul Scene.
*) Nama Pemeran.
*) Deskripsi Visual.
*) Tokoh Dialog.
*) Beat/Irama/Tempo.
*) Dialog (Siapa yg berdialog? Dengan siapa dia berdialog? Apa latar belakangnya? Di mana berdialognya? Suasanan hatinya bagaimana? Apa tujuan dialog tersebut? Dsb.)
*) Transisi.


HARUS ADA UNSUR DRAMATIK
Dalam skenario harus juga termuat Unsur Dramatik. Unsur Dramatik dalam istilah lain disebut Dramaturgi, yakin unsur-unsur yang dibutuhkan untuk melahirkan gerak dramatik pada cerita atau pada pikiran penontonnya.
*) Konflik: Permasalahan yang kita ciptakan untuk menghasilkan pertentangan dalam sebuah keadaan sehingga menimbulkan dramatik yang menarik. Konflik biasanya timbul jika seorang tokoh tidak berhasil mencapai apa yang diinginkannya.
*) Suspense: Ketegangan. Ketegangan yang dimaksud di sini tidak berkaitan dengan hal yang menakutkan, melainkan menanti sesuatu yang bakal terjadi, atau harap-harap cemas (H2C). Penonton digiring agar merasa berdebar-debar menanti risiko yang bakal dihadapi oleh tokoh dalam menghadapi problemnya.
*) Curiosity: rasa ingin tahu atau penasaran penonton terhadap sebuah adegan yang kita ciptakan. Hal ini bisa ditimbulkan dengan cara menampilkan sesuatu yang aneh sehingga memancing keingintahuan penonton. Atau bisa juga dengan cara mengulur informasi sehingga membuat penonton merasa penasaran.
*) Surprise: Kejutan. Dalam penjabaran sebuah cerita, perasaan surprise pada penonton timbul karena jawaban yang mereka saksikan adalah diluar dugaan. Untuk bisa menimbulkan efek surprise pada penonton, kita harus membuat cerita yang tidak mudah ditebak oleh penonton.


BAHASA DALAM SKENARIO
Sebaiknya bahasa yang digunakan pada dialog dalam skenario bukanlah bahasa buku, melainkan bahasa lisan yang biasa digunakan sehari-hari, kecuali pada deskripsi visual. Pada deskripsi visual kita bisa menggunakan bahasa buku mengingat kegunaannya yang memang untuk dibaca dan divisualkan, bukan sebuah kalimat yang harus diucapkan tokoh dalam tayangan sinetron atau film.


MENULIS SKENARIO
Setelah Anda mencermati dan memahami segala aspek yang sudah ditulis dalam teori ini, niscaya menulis skenario menjadi pekerjaan yang paling mudah, seakan tinggal merangkai kalimat. Maka saat hendak menulis skenario, lepaskan pikiran kita dari hal-hal yang berada di luar cerita yang akan kita tulis. Masuklah dan sedapat mungkin menjadikan diri kita berada pada posisi tokoh-tokoh kita. Sehingga saat akan menulis dialog, segalanya akan muncul dengan sendirinya mewakili karakter tokoh-tokoh yang akan kita munculkan. Jika kita telah siap memosisikan diri sebagai tokoh-tokoh tersebut, kita tak perlu ragu lagi untuk duduk dan mulai menulis skenario kita.

HAL PENTING DALAM MENULIS SKENARIO:
*) Jangan sampai lupa unsur-unsur dramatik.
*) Dialog jangan verbal.
*) Plot jangan melebar ke hal-hal yang tidak perlu.
*) Hubungan antar tokoh harus jelas.
*) Grafik cerita yang dibangun jangan sampai kendur.
*) Dalam deskripsi jika hendak menjelaskan tentang beberapa tokoh berbeda, pakailah baris tersendiri pada setiap tokohnya.
*) Buatlah konflik dalam setiap scene-nya.
*) Pahamilah tanda baca yang benar, terutama pada kolom dialog.
*) Jagalah continuity karakter tokoh.
*) Perhitungkan saat commercial break (iklan). Berikan suspense pada scene sebelum commercial break, hal ini penting untuk emngikat penonton.
*) Perhatikan juga unsur parallel cutting, yaitu adegan kesinambungan, atau dua unsur peristiwa yang ditampilkan dalam waktu bersamaan atau terkesan bersamaan.
*) Hal lain yang perlu kita ingat adalah factor symbol. Hal ini ditampilkan agar gambar tidak vulgar di layar.
*) Jangan emmbuat adegan dalam scene yang isinya hampir sama.
*) Yang tak kalah pentingnya adalah daya imajinasi harus kita kerahkan semaksimal mungkin sehingga dalam cerita kita timbul fantasi dan sensasi cerita yang berbeda.



Nah, semua hal tentang pembuatan skenario ini hanyalah masalah teori. Secara praktiknya, bisa saja kita sedikit bergeser karena dalam membuat skenario kita memang tidak bisa lugas. Jika feeling kita merasakan ada dramatik yang lebih menarik, teori bisa saja dikesampingkan. Sebab skenario tak ubahnya sebuah karya seni. Seni bukanlah matematika, jadi bisa saja 1+1=3. Dan bukan tidak mungkin terjadi perkembangan-perkembangan lain dalam teori penulisan skenario, seiring dengan perkembangan zaman.


Jika kita berbicara untuk Indonesia, semua itu tak lepas dari infrastruktur dan SDM yang dimiliki oleh sineas Indonesia, teori ini saya sesuaikan dengan kebutuhan di Indonesia, tak adil jika kita hendak mengacu pada teori penulisan skenario ala Hollywood.


Akhir kata, semoga ini bermanfaat bagi yang ingin belajar menjadi penulis scenario, dan bagi yang ingin mendalami lebih jauh bisa mengikuti Kursus Menulis Skenario secara serius di dalam kelas, sehingga hasil tulisan Anda tidak terhenti sampai di meja, tapi akan dikoreksi dan jika memenuhi persyaratan juga akan dibantu diajukan ke PH. Hal tentang KURSUS MENULIS SKENARIO bisa dibaca di kolom BERITA TERBARU di grup ini.


Sekian, Terima kasih.




With Love,

ELIZABETH LUTTERS
Karawaci, 12 mei 2009LANGKAH MUDAH MENULIS SKENARIO
UNTUK SINETRON & FILM



METENTUKAN CERITA
*) Sasaran Cerita: Anak-anak, Remaja, Dewasa, dan Umum.
*) Jenis Cerita: Drama (Tragedi, Komedi, Misteri, Laga, Melodrama, Sejarah, dll), Dokumenter (Adat Istiadat, Tempat Bersejarah, Biografi, dll), Propaganda (Layanan Masyarakat & Layanan Niaga).
*) Tema Cerita: Percintaan, Rumah Tangga, Perselingkuhan, Persahabatan, Petualangan, Kepahlawanan/Heroik, Balas Dendam, Keagamaan/Religi, dll.
*) Intisari Cerita/Premise: Sebuah kalimat semacam kata mutiara yang berisi tentang isi cerita tersebut.
*) Ide Cerita: Bisa dari Penulis, Novel, Roman, Cerber, Cerpen, Film, Produser.
*) Alur Cerita/Plot: Plot Lurus (film dan FTV), Plot Bercabang (serial dan stripping).
*) Grafik Cerita: Grafik ala Aristoteles, Fraytag’s Pyramide, Misbach Yusa Biran, Hudson, dan Elizabeth Lutters (1= film dan ftv, 2= serial dan stripping).
*) Setting Cerita: Bisa diartikan sebagai Media/Tempat dan Budaya.


MELAKUKAN OBSERVASI
Observasi adalah pengamatan terhadap sebuah kasus untuk kebutuhan penulisan skenario. Pengamatan yang dimaksud di sini bukan sebatas mengamati atau melihat secara fisik dari dekat ataupun jauh, namun yang lebih penting kita harus dapat menyelami dan ikut merasakan apa yang dirasakan oleh tokoh tersebut.


MELAKUKAN RISET
Riset hampir sama dengan observasi, namun lebih diartikan penelitian yang sifatnya mencari data kebenaran tentang sesuatu hal. Riset ini biasanya dibutuhkan jika kita mendapatkan pesanan tulisan tentang hal-hal yang bertemakan sejarah atau memerlukan penyelidikan ilmiah.


MENULIS SINOPSIS
Setelah seluruh hal tentang cerita, observasi, dan riset dipahami, langkah selanjutnya adalah membuat sinopsis. Ini adalah praktik pertama kita menulis, sebelum sampai pada tahap membuat skenario. Sinopsis adalah ringkasan cerita. Namun dalam sebuah cerita film atau sinetron, sinopsis bukan sekedar ringkasan cerita, melainkan sebuah ikhtisar yang memuat semua data dan informasi dalam skenario.


MENULIS KERANGKA TOKOH
Setelah selesai membuat sinopsis, praktik berikutnya adalah membuat kerangka tokoh dalam bentuk skema, yang menjelaskanhubungan antar tokoh yang ada dalam skenario. Tokoh-tokoh yang ditampilkan sebaiknya dibatasi pada tokoh sentral/utama dan pembantu utama saja.


MENULIS PROFIL TOKOH
Berdasarkan kerangka tokoh yang telah dibuat, kita akan membuat Profil Tokoh satu persatu dari tokoh yang akan ditampilkan. Profil Tokoh ini sering disebut dengan karakter tokoh, namun istilah karakter tokoh sengaja tidak saya pakai karena penjabaran saya tidak sebatas pada karakter tapi juga fisik dan latar belakang tokoh, yaitu:
*) Nama Tokoh
*) Tipologi Tokoh (Tipe Fisik= Piknis, Leptosom, Atletis, Displastis dan Tipe Psikis= Sanguinis, melankolis, Koleris, Flegmatis.)
*) Status Tokoh (Sudah menikah atau belum)
*) Agama Tokoh (Bila untuk cerita religi)
*) Profesi dan Jabatan Tokoh
*) Ciri Khusus Tokoh (Ciri Fisik & Ciri Kelakuan)
*) Latar Belakang Tokoh (Keluarga, Budaya, Ekonomi, Sosial, Pendidikan)
*) Peran Tokoh (Protagonis, Antagonis, Tritagonis, Peran Pembantu)


MENULIS TREATMENT atau SCENE PLOT
Langkah selanjutnya adalah membuat Treatment/Scene Plot. Treatment adalah pengembangan jalan cerita dari sebuah sinopsis yang di dalamnya berisi plot secara detail namun cukup padat. Treatment bisa diartikan sebagai kerangka skenario yang tugasnya adalah membuat sketsa dari penataan konstruksi dramatik. Dalam bentuk sketsa ini kita akan mudah memindah-mindahkan letak urutan peristiwa agar benar-benar tepat.


MEMAHAMI SKENARIO
Setelah selesai membuat treatment/scene plot, langkah praktik selanjutnya adalah mulai memahami apa itu skenario. Skenario adalah naskah cerita yang sudah lengkap dengan deskripsi dan dialog, telah matang, dan siap digarap dalam bentuk visual. Skenario disebut juga screenplay, sering diibaratkan banyak hal oleh beberapa penulis skenario. Saya sendiri lebih merasa pas jika menganggap skenario adalah roh/jiwa dari sebuah tayangan sinetron atau film. Sementara teori lain mengibaratkan skenario seperti cetak biru (blue print) bagi insinyur, atau kerangka tubuh bagi manusia. Semua pengibaratan itu sebenarnya memiliki arti yang kira-kira sama yaitu bahwa skenario adalah sesuatu yang membuat hidup sebuah tontonan sinetron atau film. Seperti halnya tubuh tanpa jiwa, atau tubuh tanpa kerangka, film/sinetron tanpa skenario tak akan ada.


MEMFORMAT SKENARIO
Format Skenario atau teknik penyusunan skenario, bisa berbeda-beda tergantung gaya dan selera penulis skenario. Meski dari isi tidak banyak yang berbeda, format skenario memuat hal-hal sebagai berikut:
*) Judul Scene.
*) Nama Pemeran.
*) Deskripsi Visual.
*) Tokoh Dialog.
*) Beat/Irama/Tempo.
*) Dialog (Siapa yg berdialog? Dengan siapa dia berdialog? Apa latar belakangnya? Di mana berdialognya? Suasanan hatinya bagaimana? Apa tujuan dialog tersebut? Dsb.)
*) Transisi.


HARUS ADA UNSUR DRAMATIK
Dalam skenario harus juga termuat Unsur Dramatik. Unsur Dramatik dalam istilah lain disebut Dramaturgi, yakin unsur-unsur yang dibutuhkan untuk melahirkan gerak dramatik pada cerita atau pada pikiran penontonnya.
*) Konflik: Permasalahan yang kita ciptakan untuk menghasilkan pertentangan dalam sebuah keadaan sehingga menimbulkan dramatik yang menarik. Konflik biasanya timbul jika seorang tokoh tidak berhasil mencapai apa yang diinginkannya.
*) Suspense: Ketegangan. Ketegangan yang dimaksud di sini tidak berkaitan dengan hal yang menakutkan, melainkan menanti sesuatu yang bakal terjadi, atau harap-harap cemas (H2C). Penonton digiring agar merasa berdebar-debar menanti risiko yang bakal dihadapi oleh tokoh dalam menghadapi problemnya.
*) Curiosity: rasa ingin tahu atau penasaran penonton terhadap sebuah adegan yang kita ciptakan. Hal ini bisa ditimbulkan dengan cara menampilkan sesuatu yang aneh sehingga memancing keingintahuan penonton. Atau bisa juga dengan cara mengulur informasi sehingga membuat penonton merasa penasaran.
*) Surprise: Kejutan. Dalam penjabaran sebuah cerita, perasaan surprise pada penonton timbul karena jawaban yang mereka saksikan adalah diluar dugaan. Untuk bisa menimbulkan efek surprise pada penonton, kita harus membuat cerita yang tidak mudah ditebak oleh penonton.


BAHASA DALAM SKENARIO
Sebaiknya bahasa yang digunakan pada dialog dalam skenario bukanlah bahasa buku, melainkan bahasa lisan yang biasa digunakan sehari-hari, kecuali pada deskripsi visual. Pada deskripsi visual kita bisa menggunakan bahasa buku mengingat kegunaannya yang memang untuk dibaca dan divisualkan, bukan sebuah kalimat yang harus diucapkan tokoh dalam tayangan sinetron atau film.


MENULIS SKENARIO
Setelah Anda mencermati dan memahami segala aspek yang sudah ditulis dalam teori ini, niscaya menulis skenario menjadi pekerjaan yang paling mudah, seakan tinggal merangkai kalimat. Maka saat hendak menulis skenario, lepaskan pikiran kita dari hal-hal yang berada di luar cerita yang akan kita tulis. Masuklah dan sedapat mungkin menjadikan diri kita berada pada posisi tokoh-tokoh kita. Sehingga saat akan menulis dialog, segalanya akan muncul dengan sendirinya mewakili karakter tokoh-tokoh yang akan kita munculkan. Jika kita telah siap memosisikan diri sebagai tokoh-tokoh tersebut, kita tak perlu ragu lagi untuk duduk dan mulai menulis skenario kita.

HAL PENTING DALAM MENULIS SKENARIO:
*) Jangan sampai lupa unsur-unsur dramatik.
*) Dialog jangan verbal.
*) Plot jangan melebar ke hal-hal yang tidak perlu.
*) Hubungan antar tokoh harus jelas.
*) Grafik cerita yang dibangun jangan sampai kendur.
*) Dalam deskripsi jika hendak menjelaskan tentang beberapa tokoh berbeda, pakailah baris tersendiri pada setiap tokohnya.
*) Buatlah konflik dalam setiap scene-nya.
*) Pahamilah tanda baca yang benar, terutama pada kolom dialog.
*) Jagalah continuity karakter tokoh.
*) Perhitungkan saat commercial break (iklan). Berikan suspense pada scene sebelum commercial break, hal ini penting untuk emngikat penonton.
*) Perhatikan juga unsur parallel cutting, yaitu adegan kesinambungan, atau dua unsur peristiwa yang ditampilkan dalam waktu bersamaan atau terkesan bersamaan.
*) Hal lain yang perlu kita ingat adalah factor symbol. Hal ini ditampilkan agar gambar tidak vulgar di layar.
*) Jangan emmbuat adegan dalam scene yang isinya hampir sama.
*) Yang tak kalah pentingnya adalah daya imajinasi harus kita kerahkan semaksimal mungkin sehingga dalam cerita kita timbul fantasi dan sensasi cerita yang berbeda.



Nah, semua hal tentang pembuatan skenario ini hanyalah masalah teori. Secara praktiknya, bisa saja kita sedikit bergeser karena dalam membuat skenario kita memang tidak bisa lugas. Jika feeling kita merasakan ada dramatik yang lebih menarik, teori bisa saja dikesampingkan. Sebab skenario tak ubahnya sebuah karya seni. Seni bukanlah matematika, jadi bisa saja 1+1=3. Dan bukan tidak mungkin terjadi perkembangan-perkembangan lain dalam teori penulisan skenario, seiring dengan perkembangan zaman.


Jika kita berbicara untuk Indonesia, semua itu tak lepas dari infrastruktur dan SDM yang dimiliki oleh sineas Indonesia, teori ini saya sesuaikan dengan kebutuhan di Indonesia, tak adil jika kita hendak mengacu pada teori penulisan skenario ala Hollywood.


Akhir kata, semoga ini bermanfaat bagi yang ingin belajar menjadi penulis scenario, dan bagi yang ingin mendalami lebih jauh bisa mengikuti Kursus Menulis Skenario secara serius di dalam kelas, sehingga hasil tulisan Anda tidak terhenti sampai di meja, tapi akan dikoreksi dan jika memenuhi persyaratan juga akan dibantu diajukan ke PH. Hal tentang KURSUS MENULIS SKENARIO bisa dibaca di kolom BERITA TERBARU di grup ini.


Sekian, Terima kasih.




With Love,

ELIZABETH LUTTERS
Karawaci, 12 mei 2009

Tidak ada komentar: