Laporan Wartawan : Nenden Sekar Arum
Bisnis.com, JAKARTA—Berbagai macam
strategi akan terus dilakukan emiten untuk menghadapi kondisi perekonomian
Indonesia yang akan membayangi kinerja perseroan tahun depan, salah satunya
dengan melakukan efisiensi.
PT Trisula International
Tbk. (TRIS) akan terus melakukan efisiensi pada lini
produksinya dengan meregenerasi mesin produksi dari manual
menjadi otomatis. Hal tersebut juga untuk meningkatkan
produktivitas tenaga kerja.
Corporate Secretary
Trisula International Marcus Brotoatmodjo menjelaskan kenaikan upah buruh
akan menambah beban perseroan.
Salah satu strategi untuk
menekan beban tenaga kerja adalah dengan mengoptimalkan
kinerja pegawai yang dinilai lebih efektif dibandingkan dengan
peningkatan harga jual.
“Dengan regenerasi
mesin, efektifitas kerja dari tenaga kerja ber tambah dan
jumlah produksi meningkat rata-rata 10%,” ujar nya kepada Bisnis, Senin
(9/12/2013).
Pada tahun ini,
perseroan menggelontorkan belanja modal (capital expenditure/capex)
untuk investasi mesin sekitar US$800 ribu. Hal tersebut akan kembali
dilakukan pada tahun
depan, meskipun belum ada angka pasti untuk capex yang akan digunakan.
depan, meskipun belum ada angka pasti untuk capex yang akan digunakan.
“Belanja modal untuk
investasi mesin produksi akan terus bergulir untuk menjaga
produktivitas perseroan,” imbuhnya.
Sementara itu, PT Mandom
Indonesia Tbk. melakukan efisiensi melalui pemilihan pemasok bahan
baku melalui sistem multisupplier, hal tersebut untuk mendapatkan bahan
baku sesuai dengan kualitas dan patokan harga perseroan.
“Kami menggunakan perbandingan beberapa
supplier dari database yang kami miliki, karena setiap tahun item
di dalam bahan baku pasti ada kenaikan, jadi kami harus
sebisa mungkin mengontrol kenaikan itu,” papar Alia R. Dewi,
Investor Relation Mandom Indonesia.
Selain itu, perseroan juga
terus melakukan pengamatan terhadap fluktuasi nilai tukar
mata uang. Saat kurs dirasa membaik, perseroan melakukan pembayaran
walaupun belum jatuh tempo, hal itu dilakukan untuk meminimalkan
kerugian kurs mata uang asing.
“Saat rupiah terdepresiasi, kami
mendapatkan dolar Amerika Serikat atau yen Jepang dari penjualan ekspor
yang digunakan untuk membayar bahan baku dalam mata uang tersebut.
Kami melakukan pembayaran 40% dalam dolar AS, 30% yen dan sisa nya
rupiah,” imbuhnya.
BAHAN BAKU
Sebelumnya, PT Fast Food
Indonesia Tbk. juga meningkatkan efisiensi dalam hal bahan
baku, salah satunya dengan membatasi pasokan bahan yang tidak
terlalu banyak terjual, sehingga meminimalkan bahan baku yang
tidak terpakai.
Analis PT Sinarmas
Sekuritas Richard Tanin menjelaskan efekti vitas dari efisien tersebut
bergantung pada masing-masing emiten.
Namun, dia menegaskan
salah satu cara yang paling efektif adalah dengan
meningkatkan produktivitas tenaga kerja, seiring dengan kenaikan upah
tenaga kerja tahun depan.
Selain itu, perseroan juga
bisa menahan pasokan bahan baku impor di tengah depresiasi
rupiah seperti saat ini.
Sumber : Bisnis Indonesia
(10/12/2013)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar