Cari Blog Ini

Posting blogger lewat email

username.secretword@blogger.com

Senin, 09 Desember 2013

Strategi 2014: Emiten Gencarkan Efisiensi

Laporan Wartawan : Nenden Sekar Arum

Bisnis.com, JAKARTA—Berbagai macam strategi akan terus dilakukan emiten untuk menghadapi kondisi perekonomian Indonesia yang akan membayangi kinerja perseroan tahun depan, salah satunya dengan melakukan efisiensi.
PT Trisula International Tbk. (TRIS) akan terus melakukan efisiensi pada lini produksinya dengan meregenerasi mesin produksi dari manual menjadi otomatis. Hal tersebut juga untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja.
Corporate Secretary Trisula International Marcus Brotoatmodjo menjelaskan kenaikan upah buruh akan menambah beban perseroan.
Salah satu strategi untuk menekan beban tenaga kerja adalah dengan mengoptimalkan kinerja pegawai yang dinilai lebih efektif dibandingkan dengan peningkatan harga jual.
“Dengan regenerasi mesin, efektifitas kerja dari tenaga kerja ber tambah dan jumlah produksi meningkat rata-rata 10%,” ujar nya kepada Bisnis, Senin (9/12/2013).
Pada tahun ini, perseroan menggelontorkan belanja modal (capital expenditure/capex) untuk investasi mesin sekitar US$800 ribu. Hal tersebut akan kembali dilakukan pada tahun
depan, meskipun belum ada angka pasti untuk capex yang akan digunakan.
“Belanja modal untuk investasi mesin produksi akan terus bergulir untuk menjaga produktivitas perseroan,” imbuhnya.
Sementara itu, PT Mandom Indonesia Tbk. melakukan efisiensi melalui pemilihan pemasok bahan baku melalui sistem multisupplier, hal tersebut untuk mendapatkan bahan baku sesuai dengan kualitas dan patokan harga perseroan.
“Kami menggunakan perbandingan beberapa supplier dari database yang kami miliki, karena setiap tahun item di dalam bahan baku pasti ada kenaikan, jadi kami harus sebisa mungkin mengontrol kenaikan itu,” papar Alia R. Dewi, Investor Relation Mandom Indonesia.
Selain itu, perseroan juga terus melakukan pengamatan terhadap fluktuasi nilai tukar mata uang. Saat kurs dirasa membaik, perseroan melakukan pembayaran walaupun belum jatuh tempo, hal itu dilakukan untuk meminimalkan kerugian kurs mata uang asing.
“Saat rupiah terdepresiasi, kami mendapatkan dolar Amerika Serikat atau yen Jepang dari penjualan ekspor yang digunakan untuk membayar bahan baku dalam mata uang tersebut. Kami melakukan pembayaran 40% dalam dolar AS, 30% yen dan sisa nya rupiah,” imbuhnya.
BAHAN BAKU
Sebelumnya, PT Fast Food Indonesia Tbk. juga meningkatkan efisiensi dalam hal bahan baku, salah satunya dengan membatasi pasokan bahan yang tidak terlalu banyak terjual, sehingga meminimalkan bahan baku yang tidak terpakai.
Analis PT Sinarmas Sekuritas Richard Tanin menjelaskan efekti vitas dari efisien tersebut bergantung pada masing-masing emiten.
Namun, dia menegaskan salah satu cara yang paling efektif adalah dengan meningkatkan produktivitas tenaga kerja, seiring dengan kenaikan upah tenaga kerja tahun depan.
Selain itu, perseroan juga bisa menahan pasokan bahan baku impor di tengah depresiasi rupiah seperti saat ini.
Sumber : Bisnis Indonesia (10/12/2013)


Tidak ada komentar: