Cari Blog Ini

Posting blogger lewat email

username.secretword@blogger.com

Minggu, 02 Maret 2014

Cara Menulis Pantun yang Baik dan Benar

Cara Menulis Pantun yang Baik dan Benar

Tahukah Anda bagaimana cara menulis pantun? Pantun adalah salah satu budaya yang dikenal di berbagai daerah di Indonesia. Kata “pantun” berasal dari bahasa Minangkabau “patuntun” yang mengandung makna petuntun.
Berbalas pantun sering dilakukan dalam berbagai acara adat dan pertemuan. Di beberapa daerah di Indonesia, pantun dikenal dengan nama yang berbeda.
Misalnya saja sebutan parikan untuk wilayah Jawa, sebutan paparikan di daerah Sunda dan sebutan umpasa untuk pantun di suku Batak. Meskipun sebutannya berbeda-beda, namun pantun-pantun itu memiliki ciri khas yang sama.
Pantun ini mengangkat berbagai tema, mulai dari tema agama, budi pekerti, komedi, kepahlawanan, nasehat, percintaan dan tema-tema lainnya.
Pada awalnya pantun lebih banyak disampaikan secara lisan. Namun seiring perkembangan zaman, semakin banyak pula pantun yang disampaikan dan disebarluaskan dengan cara dituliskan.
Walaupun telah dikenal di berbagai daerah di Indonesia, tetapi menciptakan pantun bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan. Menulis pantun membutuhkan kekayaan kosakata untuk menghasilkan pantun yang enak didengar dan sarat makna.
Orang-orang tua zaman dahulu justru lebih mahir berpantun bila dibandingkan dengan anak-anak muda generasi sekarang ini. Karena itulah, sebaiknya anak-anak muda diajarkan cara menulis pantun demi mempertahankan kebudayaan bangsa yang telah mengakar kuat.

Cara Menulis Pantun yang Baik dan Benar

Ciri-ciri dan Jenis Pantun

Nah untuk memudahkan penulisan pantun, sebaiknya kenali terlebih dahulu ciri-ciri pantun. Pantun pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
• Pantun terdiri dari dua bagian utama yakni bagian sampiran dan bagian isi. Sampiran terdiri dari dua baris dan bagian isi juga terdiri dari dua baris.
• Masing-masing baris pada pantun terdiri dari 9 hingga 12 suku kata.
• Setiap akhiran pada masing-masing baris pantun memiliki pola akhiran yang khas yakni a-b-a-b atau a-a-a-a. Rima akhir inilah yang membuat sebuah pantun terdengar merdu di telinga.
Sementara itu, pantun memiliki beragam jenis. Bagian isi merupakan bagian yang menentukan jenis pantun. Berikut ini beberapa jenis pantun yang kerap ditulis dan digunakan dalam berbagai acara dan pertemuan.
• Pantun agama
Pantun ini mengandung petuah yang berkaitan dengan ajaran agama dan mendorong para pendengarnya untuk menaati perintah-perintah agama. Misalnya saja untuk mengingatkan sholat lima waktu, mengingatkan perpuasa, pahala berpuasa, pahala bersedekah dan lain sebagainya.
• Pantun teka-teki
Pantun ini mengajak para pendengarnya untuk bermain dalam teka-teki yang dilontarkan pembuat pantun. Misalnya saja teka-teki nama binatang dengan memberi petunjuk beberapa ciri-cirinya dalam pantun, teka-teki nama buah, teka-teki nama tempat dan seterusnya.
• Pantun percintaan
Pantun ini biasa digunakan oleh kaum muda untuk merayu atau memuji pujaan hati. Rayuan atau pujian tersebut dimasukkan di dalam bagian isi pantun.
• Pantun jenaka
Pantun ini bersifat menghibur atau menyindir dengan cara yang halus sehingga pendengarnya tidak merasa tersinggung. Pantun jenis ini pula yang kerap dipakai untuk menyampaikan kritik atau saran secara halus.

Menulis Pantun

Tak ada teori yang baku mengenai cara menulis pantun. Namun langkah-langkah penulisan pantun bisa disimpulkan berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki pantun. Dengan mengamati ciri-ciri pantun dan dengan banyak membaca pantun, maka langkah penulisan pantun bisa disimpulkan dalam beberapa langkah di bawah ini.
• Tentukan terlebih dahulu jenis pantun yang hendak dibuat. Misalnya pantun percintaan atau pantun keagamaan.
• Kemudian buatlah bagian sampiran.
Bagian sampiran ini biasanya memiliki kaitan dengan alam. Baris pertama pada sampiran memiliki hubungan dengan baris yang kedua. Tetapi dua baris pada bagian sampiran ini tidak memiliki hubungan dengan dua baris lainnya pada bagian isi. Dua baris pada sampiran hanya sekedar untuk mengantarkan bagian isi dengan memasukkan rima atau akhiran yang sama.
• Tulislah bagian isi
Jika bagian sampiran telah dibuat, selanjutnya tulislah bagian isi. Ingat, bagian ini tidak terkait dengan bagian sampiran. Jadi, jangan terpengaruh dengan bagian sebelumnya. Bagian isi ini berisi maksud dan tujuan pembuatan pantun. Misalnya saja, ungkapan cinta, sindiran kepada seseorang, nasehat atau pesan keagamaan.
Nah, dua langkah singkat di atas sudah menjabarkan cara menulis pantun. Tetapi bukan berarti penulisan pantun begitu gampang dilakukan. Letak kesulitannya adalah menemukan kosakata dengan rima atau akhiran yang sama namun memiliki makna sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan. Cukup sulit, bukan?
Kunci untuk membuat pantun yang berkualitas adalah dengan banyak membaca pantun yang telah ada. Beberapa buku yang berisikan pantun dan mengulas tentang pantun antara lain buku berjudul “Kebijakan Dalam 1001 Pantun” karya John Ghawa yang diterbitkan pada tahun 2006 oleh Kompas Media Nusantara dan buku berjudul “Peribahasa & Pantun Indonesia” yang disusun oleh Redaksi Indonesia Cerdas dan diterbitkan pada tahun 2009 oleh Penerbit Indonesia Cerdas.
Dari buku-buku ini, gambaran mengenai cara menulis pantun dapat dilihat dengan lebih jelas. Makna-makna setiap pantun pun dijabarkan dengan jelas. Selain buku-buku tersebut, beragam ilmu yang berkaitan dengan penulisan juga bisa diperoleh di situs Penulispro.com. Situs ini menyediakan informasi gratis untuk menambah wawasan penulisan, baik yang berkaitan dengan penulisan pantun maupun bentuk tulisan lainnya.

Tidak ada komentar: