JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi pada Februari 2014 mencapai 0,26%, karena tingginya harga kelompok bahan makanan jadi dan minuman.
"Penyumbang
andil inflasi pada februari adalah kelompok bahan makanan jadi,
minuman, rokok dan tembakau," kata Deputi Bidang Statistik Produksi BPS
Adi Lumaksono di Jakarta, Senin.
Dengan demikian laju inflasi tahun kalender Januari-Februari 2014 mencapai 1,33% dan inflasi secara tahunan (yoy) sebesar 7,75%.
Adi menambahkan, untuk inflasi komponen inti Februari 2014 tercatat sebesar 0,37% dan inflasi inti secara tahunan (yoy) 4,57%.
Berdasarkan
kelompok pengeluaran, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan
tembakau menyumbang andil inflasi 0,08%, diikuti kelompok bahan makanan
menyumbang andil inflasi 0,04%.
"Beras dan ikan segar menjadi
komoditas penyumbang andil inflasi tinggi yaitu masing-masing 0,05%,
karena ada beberapa sentra produksi padi gagal panen akibat cuaca serta
pasokan ikan segar yang berkurang dari nelayan," kata Adi.
Kemudian,
kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan yang menyumbang
andil inflasi 0,03% serta kelompok perumahan, air, listrik, gas dan
bahan bakar 0,04 persen.
Selain itu, kelompok sandang ikut
menyumbang andil inflasi 0,04%, diikuti kelompok kesehatan 0,01% serta
kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,02%.
Dari 82 kota
Indeks Harga Konsumen (IHK) sebanyak 55 kota mengalami inflasi dengan
inflasi tertinggi di Pontianak 2,73% dan inflasi rendah di Bandar
Lampung serta Probolinggo 0,02%.
"Inflasi tinggi di Pontianak karena pada Februari ada perayaan Cap Goh Meh, yang juga menyebakan tingginya tarif angkutan udara akibat kelebihan permintaan," kata Adi.
Sementara,
dari 27 kota IHK yang mengalami deflasi, BPS mencatat deflasi tertinggi
terjadi di Sibolga, Sumatera Utara yaitu sebesar 2,43%. (ant/gor)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar